Kamis, 17 Maret 2011

SEJARAH

KERAJAAN SRIWIJAYA

Sriwijaya adalah kerajaan Melayu kuno di pulau Sumatra yang banyak berpengaruh di Nusantara. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan. Prasasti pertama mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, Sumatra, pada tahun 683. Kerajaan ini mulai jatuh sekitar tahun 1200 - 1300 karena berbagai faktor, termasuk ekspansi kerajaan Majapahit. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti "kemenangan".

Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan sejarawan tidak mengetahui keberadaan kerajaan ini. Eksistensi Sriwijaya diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Coedès dari École française d'Extrême-Orient. Sekitar tahun 1992 hingga 1993, Pierre-Yves Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia).
Prasasti yang berasal dari dalam negeri antara lain: prasasti Kedukan Bukit (683 m), Talang Tuwo (684 m), Telaga Batu (683), Kota Kapur (686), Karang Berahi (686), Palas Pasemah dan Amoghapasa (1286). Sementara itu, prasasti yang berasal dari luar negeri antara lain; Ligor (775), Nalanda,
Piagam Laiden, Tanjore (1030 M), Canton (1075 M), Grahi (1183 M) dan Chaiya (1230). Begitu pula sumber naskah dan buku yang berasal dari dalam negeri adalah kitab Pararaton, sedangkan dari luar negeri antara lain kitab memoir dan record karya I-Tsing, Kronik dinasti Tang, Sung, dan Ming, kitab Lingwai- tai-ta karya Chou-ku-fei dan kitab Chu-fon-chi karya Chaou- fu hua.
Para sejarawan masih berbeda pendapat tentang Sriwijaya yaitu awal berkembang dan berakhirnya serta lokasi ibu kotanya. Menurut Coedes, Sriwijaya berkembang pada abad ke-7 di Palembang dan runtuh pada abad ke-14. Pendapatnya didasarkan pada ditemukannya toponim Shih Li Fo Shih dan San Fo Tsi. Menurutnya Shih Li Fo Shih merupakan perkataan Cina untuk menyebut Sriwijaya. Sementara itu, San Fo Tsi yang ada pada sumber Cina dari abad ke-9 sampai dengan abad ke-14 merupakan kependekan dari Shih Li Fo Shih. Slamet Mulyana berpendapat lain, dia setuju dengan pendapat Coedes yang menganggap bahwa Shih Li Fo Shih adalah Sriwijaya, namun San Fo Tsi tidak sama dengan Shih Li Fo Shih. Menurutnya Sriwijaya berkembang sampai abad ke-9, dan sejak itu Sriwijaya berhasil ditaklukkan oleh San Fo Tsi (Swarnabhumi).
Mengenai ibu kota Sriwijaya, para ahli mendasarkan pendapatnya pada daerah yang disebutkan dalam prasasti Kedukan Bukit yaitu Minanga. Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 604 saka (682 M) ditemukan di daerah Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang.
Isi prasasti Kedukan Bukit, adalah sebagai berikut:
Pada tahun saka 605 hari kesebelas bulan terang bulan waiseka dapunta hyang naik di perahu mengadakan perajalanan pada hari ketujuh bulan terang. Bulan jyestha dapunta hyang berangkat dari minanga. Tambahan beliau membawa tentara dua laksa (20.000), dua ratus koli di perahu, yang berajalan darat seribu, tiga ratus dua belas banyaknya datang di mukha upang, dengan senang hati, pada ghari kelima bulan terang bulan asada, dengan lega gembira datang membuat wanua ... . perajalanan jaya sriwijy memberikan kepuasan.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputra Dewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja Dewapala Dewa dari India. Dalam Prasasti Nalanda disebutkan bahwa Raja Dewapala Dewa menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para pendeta Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu, dalam Prasasti Nalanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah Raja Balaputra Dewa dan dengan tegas menunjukkan bahwa Raja Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek moyangnya

Kehidupan ekonomi
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia pada masa silam. Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim yang pernah menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama berabad-abad dengan menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan. Keadaan ini juga yang membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapalkapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Komoditas ekspor
Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak, dan wangi-wangian.
Faktor- yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan besar adalah sebagai berikut.
1. Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.
2. Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia
Tenggara.
3. Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.
4. Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan perdagangan
di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-pelabuhan.

Kehidupan Keagaman
Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah aliran Mahayana dengan salah satu tokohnya yang terkenal ialah Dharmakirti.


Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
a. Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan Komering, dan sejumlah anak sungai lainnya membawa lumpur yang diendapkan di sekitar Palembang sehingga posisinya menjauh dari laut dan perahu sulit merapat.
b. Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur perdagangan internasional sehingga Jambi lebih strategis daripada Palembang.
c. Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan. Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia bagian timur dan Sriwijaya di bagian barat.
d. Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh Teguh Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga menyebabkan utusan yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan kedua dilakukan oleh Colamandala atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017 kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun 1023 – 1030. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India. Ketika Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada usaha penyerangan terhadap Sriwijaya,
namun baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya dengan pendudukan atas wilayah Melayu. Akhir dari Kerajaan Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha menciptakan kesatuan Nusantara (1377).


SUMBER : http://www.ardianrisqi.com/2010/08/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html

PARIWISATA

WISATA PASIR PUTIH LAMPUNG


Tampaknya, di Indonesia, nama Pasir Putih ada di mana-mana. Nama ini biasanya dilekatkan ke pantai berpasir putih, yang menjadi obyek wisata atau potensial dijadikan obyek wisata. Nah, di Lampung pun ada sebuah pantai indah yang bernama Pantai Pasir Putih. Letaknya sekitar 16 kilometer di selatan Kota Bandarlampung, ibu kota Provinsi Lampung.

Pantai ini memang sangat terkenal di Lampung sebagai obyek wisata. Pantainya tentu saja berpasir putih dan bersih. Di sana juga banyak warung yang menjual suvenir dan makanan. Pantai ini cocok sebagai pilihan untuk berwisata bersama seluruh anggota keluarga. Di seberang pantai ini ada tiga pulau kecil yang memiliki pemandangan cukup indah, yakni Pulau Condong Darat, Condong Wawai, dan Condong Sulah. Pulau-pulau itu bisa dicapai sekitar 20 menit dengan perahu bermotor, yang bisa disewa wisatawan dengan tarif antara Rp 30.000 dan Rp 50.000. Kondisi Pulau Condong Sulah juga cocok untuk olahraga panjat tebing. Pulau ini juga sering digunakan sebagai tempat pelatihan
luar ruang untuk karyawan-karyawan dari perusahaan di luar Lampung.

Sebelum sampai ke pulau-pulau tersebut, para penyewa juga akan dipinjamkan kotak kaca untuk melihat pemandangan bawah laut, yang menakjubkan. Tapi, ada juga para pemilik perahu yang mengenakan tarif untuk kotak kaca itu. Kalau sekadar untuk melihat pemandangan bawah laut, tanpa ke pulau, para pemilik perahu juga bersedia mengantar. Tarifnya pasti lebih murah ketimbang sampai ke pulau. Para wisatawan bisa juga menyewa perahu kayuh, yang tarifnya sekitar Rp
15.000 sejam. Yang pasti, yang hobi menyelam bisa menyalurkan kegemarannya itu di sini.
Di pantai ini, para wisatawan juga bisa bermain sepak bola atau voli di tepi laut karena memang pantai ini cukup luas, apalagi jika air laut tidak sedang pasang naik. Anak-anak pun bisa mengembangkan imajinasinya dengan bermain pasir. Untuk bisa masuk ke obyek wisata ini, wisatawan dikenakan tarif Rp 2.500 per orang.
Pantai Pasir Putih ini berlokasi di Desa Tarahan, Lampung Selatan. Hanya berjarak sekitar 22 kilometer dari Kota Bandar Lampung, atau dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar 30 menit. Jalan beraspal yang halus akan menuntun Anda menuju lokasi pantai.

Pemandangan alam yang mempesona akan langsung menyambut ketika memasuki kawasan pantai ini. Pesona alam pantai yang memukau ini pula yang membuat Pasir Putih tak pernah sepi pengunjung.

Di akhir pekan atau pada hari-hari libur, tawa riang bocah-bocah yang bermain akan semakin terasa. Tak hanya dari Lampung, wisatawan yang datang banyak pula dari luar kota seperti Jakarta. bahkan beberapa wisatawan mancanegara pun sering terlihat di sini.

Dengan bentangan pantai yang begitu luas, membuat pengunjung bisa tetap nyaman menikmati suasana meski sedang ramai pengunjung. Selain landai dan dangkal, di pantai ini tak banyak terdapat karang, sehingga yang ingin berenang dan bermain air tak perlu khawatir menginjak karang tajam yang bisa melukai kaki. Kegitan lain yang dilakukan pengunjung adalah berseluncur dengan menyewa kano.

Saat air surut, garis pantai akan semakin luas menjorok ke laut, kondisi ini terjadi menjelang sore hari. Bagi para pencinta fotografi, Pasir Putih akan menjadi surga hunting foto yang luar biasa. Langkah tenang matahari pulang ke ufuk Barat menjadi saat yang sangat ditunggu untuk dinikmati dan diabadikan. Sungguh sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Aktivitas wisata yang juga tak kalah menarik dilakukan adalah berkeliling pantai dengan menyewa perahu. Selain itu, wisatawan pun bisa mengunjungi Pulau Condong dan Pulau Bule yang terletak tak jauh dari Pantai Pasir Putih. Kedua pulau ini memiliki pantai yang indah pula, berhias pasir putih dan halus. Pemandangan di sini masih sangat alami.

Jika ingin menikmati keindahan bawah laut, Pulau Bule adalah tempatnya. Beragam jenis terumbu karang dan ikan hias tersaji di sekitar pulau ini. Penumpang perahu biasanya menikmati keindahan terumbu karang dan ikan-ikan cantik dengan menggunakan sebuah kotak dari kaca, alat tradisional yang biasanya digunakan masyarakat sekitar untuk mencari lobster dan kepiting karang.

Setelah puas nenikmati semua yang tersaji di Pantai Pasir putih dan sekitarnya, tak lengkap rasanya kembali kerumah tanpa membawa buah tangan sebagai kenang-kenangan. Anda tak perlu bingung mencari toko cendremata di sekitar pantai ini, terdapat toko-toko yang menjual ragam suvenir dengan model yang unik.

Sebagai tempat tujuan wisata, Lampung telah memiliki sarana pendukung yang sangat baik. Berbagai, tempat penginapan mulai kelas melati hingga hotel berbintang sudah banyak berdiri. Dukungan akses jalan yang baik juga akan mempermudah wisatawan mencapai lokasi. Datang dan nikmati keindahan pantai berpasir putih nan halus ini.


SUMBER :
http://adeintan.multiply.com/journal/item/11
http://www.aeonity.com/airin/pantai-pasir-putih-lampung

Rabu, 16 Maret 2011

PARIWISATA

WISATA KOTA MUSI

Provinsi Sumatera Selatan yang beribukotakan kota Palembang dulunya terkenal sebagai tempat dimana Kerajaan Sriwajaya mengepakkan sayap kejayaannya di bumi nusantara. Provinsi Sumatera Selatan terkenal dengan ikon Jembatan Amperanya serta makanan khasnya, seperti empe-empek palembang dan kerupuk ikan palembang. Bagi anda yang ingin mengunjungi provinsi Sumatera Selatan, Provinsi ini menawarkan berbagai objek wisata menarik yang sayang untuk dilewatkan, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat, Pantai Pasir Padi di Pulau Belitung, Wisata Budaya di Bukit Serelo dan terutama Wisata Sungai Musi.
Sungai Musi mempunyai panjang 750 Km dan merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sejak masa Kerajaan Sriwijaya, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama masyarakat. Di tepi Sungai Musi terdapat Pelabuhan Boom Baru dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Sungai Musi yang membelah kota palembang menjadi dua bagaian, yakni Seberang Ulu dan Seberang Ilir merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera. Sungai yang bercabang-cabang dengan delapan anak sungai besar yaitu : Sungai Komering, Ogan, Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus Rawas dan Batang hari Leko ini sejak dahulu telah menjadi urat nadi perekonomian kota Palembang dan kota- kota lainnya di provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan nama Musi sendiri diambil dari salah satu bahasa daerah Kayuagung Musi yang berarti ikut.
Bagi anda yang mengunjungi Sungai Musi, anda bisa menikmati panorama keindahan sungai Musi dengan menyusuri sungai ini menggunakan getek, speedboat atau bahkan kapal wisata Putri Kembar Dadar. Jika anda tertarik menyusuri sungai Musi dengan menggunakan kapal wisata Putri Kembar Dadar, anda diharuskan membayar sebesar Rp.70 ribu untuk satu kali jalan. Bersama pemandu wisata, selama kurang lebih tiga jam, anda akan diajak berkeliling melihat pemandangan Sungai Musi.
Pada saat menyusuri sungai Musi, anda akan melihat objek- objek wisata, seperti Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya dan Benteng Kuto Besak serta di sepanjang perjalanan juga tampak rumah- rumah rakit dan perumahan Kampung Kapitan yang merupakan pemukiman pecinan. Jika anda ingin melihat panorama keindahaan sungai Musi yang lebih luar biasa lagi, maka datanglah ketika hari menjelang malam untuk menyaksikan matahari terbenam dan suasana malam yang indah yang diterangi lampu- lampu di sekitar sungai.
Selain menyusuri Sungai Musi, anda pun bisa mengunjungi objek- objek wisata yang letaknya di tepian sungai Musi ini, seperti Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Pulau Kemaro, Pasar 16 Ilir, Rumah Rakit, kilang minyak Pertamina, pabrik pupuk PUSRI, pantai Bagus Kuning, Jembatan Musi II, dan Masjid Al Munawar. Dan Pendengar, jika anda datang berwisata ke sungai Musi pada hari- hari tertentu seperti hari peringatan Kemerdekaan Indonesia, anda bisa menyaksikan perlombaan perahu (Bidar), kontes menghias perahu, perlombaan berenang menyebrangi sungai Musi dan kegiatan- kegiatan menarik lainnya

Biasanya pengunjung berdatangan pada sore hingga malam hari untuk menyaksikan matahari terbenam dan suasana malam yang diterangi lampu-lampu di sekitar sungai. Pada malam Minggu atau malam liburan lainnya, biasanya jumlah pengunjung yang mengunjungi jembatan Ampera dansekitarnya akan lebih banyak.
B. Keistimewaan

Sungai Musi menjadi tempat rekreasi untuk tua-muda dan anak-anak, termasuk wisatawan di luar kota Palembang. Di kawasan ini, pengunjung dapat menyaksikan Rumah Rakit, yaitu rumah tradisional khas Palembang.

Pada hari-hari perayaan tertentu, misalnya Hari Peringatan Kemerdekaan Indonesia, diadakan festival air, seperti perlombaan perahu (bidar), kontes menghias perahu, perlombaan berenang menyeberangi sungai dan lain-lain.
C. Lokasi

Sungai Musi terletak di tengah kota Palembang, yang mana bagian ilir berada di Palembang bagian utara dan ulu berada di Palembang bagian selatan.
D. Tiket Masuk

Untuk memasuki kawasan ini pengunjung tidak perlu membayar tiket masuk karena Sungai Musi merupakan kawasan terbuka.
E. Akses

Untuk menuju ke Sungai Musi, pengunjung dapat menggunakan angkutan kota (angkot) dengan jurusan Ampera atau Pasar 16 Ilir dari terminal Sako Kenten Palembang, tarifnya sekitar Rp.1.500,- sampai Rp.5.000,- atau menggunakan Becak Palembang, dengan tarif sekitar Rp.5.000,- sampai Rp.10.000,-.
F. Akomodasi dan Fasilitas

Di sekitar Sungai Musi terdapat banyak penginapan dengan tarif yang bervariasi antara Rp.250.000,- sampai Rp.5.000.000,-. Sedangkan untuk keperluan makan pengunjung tidak perlu bingung karena di tempat ini terdapat banyak rumah makan, baik yang ada di pinggir sungai atau di rumah terapung. Rumah-rumah makan tersebut menawarkan menu andalannya, seperti Pindang Ikan Patin yang merupakan makanan khas Palembang. Selain itu, di sekitar Sungai Musi terdapat penjual kerupuk, pempek Palembang dan kerajinan-kerajinan tangan, seperti songket dan kain jumputan.

Di kawasan Jembatan Ampera, pengunjung dapat menyewa perahu motor dengan tarif antara Rp.50.000, sampai Rp.100.000,- tergantung kelihaian penyewa dalam menawar.
Sumber : http://id.voi.co.id/fitur/voi-pesona-indonesia/6120-wisata-sungai-musi.html
http://wisata-bahary.blogspot.com/2009/11/wisata-sungai-musi.html