SONGKET PALEMBANG
Songket tradisional adalah salah satu bagian dari hasil budaya masyarakat Palembang. Menurut catatan sejarah kesultanan Palembang, kepandaian bertenun songket selalu diwariskan secara turun temurun melalui pembelajaran informal. Pada tahun 1980-an sebahagian besar masyarakat Palembang memiliki keahlian bertenun. Bila diamati dari segi bentuk, kain songket membawa pengaruh akulturasi dari budaya Kong Hu Chu dan India. Hal ini dapat terlihat dari gaya ragam hias dan warna yang ditampilkan pada struktur benang lungsi dan pakan.
Kota Palembang memiliki sejarah yang panjang, mulai dari kejayaan kerajaan Sriwijaya sampai Kesultanan Palembang Darussalam. Kerajaan Sriwijaya pada masa kejayaannya sekitar tahun 683 Masehi menjadi cikal bakal kota yang terletak di tepian sungai Musi ini. Banyak peninggalan tak ternilai berasal dari kerajaan terkenal itu, salah satunya adalah budaya wastra (kain) yang indah yaitu songket.
Gemerlap dan kilauan emas yang terpancar pada kain tenun ini, memberikan nilai tersendiri. Rangkaian benang yang tersusun dan teranyam lewat pola simetris membuat kain ini dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami berbagai cara untuk membuat kain bermutu, serta yang sekaligus mampu menghias kain dengan beragam desain.
Songket tradisional ini dibuat dengan ketrampilan masyarakat yang memahami berbagai cara untuk membuat kain bermutu, serta yang sekaligus mampu menghias kain dengan beragam desain. Kemampuan ini biasanya diwariskan secara turun-temurun.
Sewet Songket atau kain Songket adalah kain yang biasanya dipakai atau dikenakan sebagai pembalut bagian bawah pakaian wanita. Biasanya sewet ini berteman dengan kemban atau selendang.
Bahan sewet songket ini ditenun secara teliti dengan mengunakan bahan benang sutera. Ciri khas songket Palembang terletak pada kehalusan dan keanggunannya sangat menonjol serta motifnya tidak sama dengan motif kain songket daerah lain
Oleh karena itu sewet songket ini dibuat dengan bahan halus dan seni yang tinggi maka harganya cukup mahal. Biasanya dipakai pada waktu tertentu pada saat perayaan perkawinan.
Pakaian songke lengkap yang dikenakan oleh pengaten, biasanya dengan Aesan Gede (kebesaran) Aesan Pengganggon (Paksangko) Aesan. Selendang Mantri Aesan Gandek (Gandik) dan sebagainya.
Sehelai kain tenun songket dari Palembang, mempunyai banyak makna, dan mempunyai nilai sejarah. Kain ini mungkin sebagai peninggalan nenek moyang si pemilik yang ditenun selama satu tahun, mungkin sebagai mahar, mungkin sebagai busana kebesaran adat pengantin , mungkin sebagai benda koleksi keluarga yang berharga, dan masih banyak lagi kemungkinan yang lain.
Kain tenun songket Palembang ini, sangat menarik, ditelusuri sejarahnya, maknanya, dan teknik pembuatannya. Kalau kita menilik warnanya yang khas, dan motif hiasnya yang indah, pastilah kita berkesimpulan bahwa songket ini dibuat dengan keterampilan, ketelatenan, kesabaran,dan daya kreasi yang tinggi.
Seperti seni tenun daerah lainnya di nusantara kita, kain songket Palembang ini tidak diketahui persis kapan mulai dikerjakan. Untuk keperluan busana, mula-mula digunakan sebagai bahan dasar kulit kayu, kemudian rajutan daun-daun, dan yang terakhir ditanam kapas untuk dibuat benang sebagai bahan dasar kain tenun.
Palembang yang terletak di pulau Sumatra bagian Selatan ini dahulu menjadi pusat kerajaan Sriwijaya yang menjadi pintu masuk berbagai budaya dari manca negara. Mula-mula datang bangsa Portugis, kemudian bangsa India yang terakhir bangsa Cina. Pada abad ketujuh sampai abad kesebelas Masehi kerajaan Sriwijaya sedang jaya – jayanya dengan pelabuhannya yang ramai. Kecuali menjadi pusat perdagangan, Sriwijaya juga menjadi pusat agama Budha. Pusat kerajaan Sriwijaya, sekarang kota Palembang, merupakan tempat persinggahan pendeta dari Srilangka dan India yang akan pergi ke Cina. Itulah sebabnya budaya India ikut mempengaruhi motif hias kain songket Palembang.
Disamping itu pengaruh dari Cina juga melekat pada seni tenun Palembang terutama pada penerapan warna merah dan warna keemasan pada kain songket.
Karena adanya pengaruh budaya dari luar tadi terciptalah kain tenun dari Sriwijaya yang sangat indah dan bervariasi. Dengan demikian kain songket ini termasuk hasil budaya daerah yang harus dilestarikan.
asal-usul makanan khas palembang
Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badarudin II berkuasa di Kerajaan Sriwijaya. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan “apek”, yaitu sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina.
Berdasar cerita rakyat, yang dimuat kompas, sekitar tahun 1617 seorang “apek” berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi. Hasil tangkapan itu belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang.
Si Apek kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan “pek … apek”, maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.
Pempek sendiri memiliki banyak jenis. Dengan bahan dasar yang hampir sama, di kota asalnya di kenal berbagai jenis pempek yang dihidangkan dengan cuka Dintaranya pempek jenis polos yang terdiri dari : pempek lenjer yang berbentuk panjang,pempek keriting, pempek kulit dan Pempek Adaan yang berbentuk bulat. Selain itu terdapat pempek isi, yakni : pempek telor yang berukuran kecil, pempek kapal selam berukuran besar, pempek pistel, dan pempek tahu. Ada juga pempek yang dipanggang, seperti pempek panggang itu sendiri, otak-otak dan lenggang.
Selain Pempek, Palembang memiliki makanan khas lainnya yang berbahan dasar ikan, seperti model, tekwan, serta Kerupuk Palembang yang dikenal dengan sebutan kemplang yang terdiri dari kemplang goreng, panggang dan kerupuk. Dan beberapa daerah lainya di Sumatera Selatan, seperti Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir yang terkenal dengan ikan asin dan ikan salainya, dan didaerah lainnya dikenal juga masakan Pindang.
Kesenian Palembang
TARI TANGGAI
Tari tanggai biasanya di pakai untuk menyambut tamu pada acara pernikahan atau acara-acara resmi. Tarian ini umumnya di bawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah Palembang seperti kalung,kain songket,sanggul,rampai,tajuk cempako,kuku yang terbuat dari lempengan baja,pending, dodot, dll.
TARI GENDING SRIWIJAYA
Tari ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala negara, duta besar dan tamu-tamu agung lainnya. Penari gending sriwijaya dibawakan oleh 13 orang yang terdiri dari
satu orang penari utama pembawa tepak (tepak,kapur,sirih)
dua orang penari pembawa peridon(perlengkapan tepak)
enam orang penari pendamping(tiga di kanan dan tiga dikiri)
satu orang pembawa payung kebesaran(di bawa oleh pria),
satu orang penyanyi Gending Sriwijaya dan dua orang pembawa tombak( pria).
TARIAN TENUN SONGKET
Tarian ini menggambarkan kegiatan remaja putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumnya memanfaatkan waktu luang dengan menenun songket.
TARI RODAT CEMPAKO
Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan islam. Gerak dasar tari ini di ambil dari negara asalnya Timur Tengah, seperti hal nya dengan Tari Dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah.
TARI MEJENG BESUKO
Tari ini melukiskan kesukariaan para remaja dalam suatu pertemuan mereka. Mereka bersenda gurau mengajuk hati lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang diantara mereka ada yang jatuh hati dan menemukan jodohnya melalui pertemuan seperti ini.
DUK MULUK
Adalah salah satu kesenian tradisional yang ada di SUMSEL khusus nya kota Palembang. Biasanya di pentaskan pada acara yang bersifat menghibur seperti pada acara pernikahan dll.
JIDUR
Merupakan salah satu musik tradisional palembang yang menggunakan alat seperti terompet, tombon,dan drum yang mempunyai suara khas.
REBANA
Merupakan musik tradisional yang menggunakan alat kulit kambing yang di ikat kan di kayu, biasanya pemain terdiri dari 10-12 orang. Rebana ini juga biasanya dipakai untuk arakan pengantin dll.
WAYANG PALEMBANG
Wayang palembang memiliki bentuk fisik dan sumber cerita yang sama dengan wayang purwa dari Jawa. Bedanya, wayang Palembang dimainkan dengan menggunakan bahasa Melayu Palembang, dan perilaku tokoh-tokohnya lebih bebas.
Sejarah Palembang
Kota palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia sekaligus merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Selatan. kota palembang adalah kota terbesar kedua Sumatera setelah Medan. kota ini dulu pernah menjadi pusat kerajaan Sriwijaya. salah satu peninggalan nya seperti Bukit Siguntang yang terletak di Palembang Barat hingga saat ini masih di keramat kan oleh masyarakat Palembang.
kota ini memiliki komunitas Tionghoa yang besar. makanan seperti empek-empek dan tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan ” chinese taste” yang sangat kental dengan masyarakat palembang.
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini di dasarkan pada prasasti Kedukan Bukit yang di ketmukan di Bukit Siguntang, sebelah barat kota Palembang.
kota palembang juga di percayai oleh masyarakat Melayu sebagai tanah leluhurnya. karena menurut sejarah bahwa di kota palembang inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang.
mayoritas masyarakat Palembang menganut agama islam, selain itu pula terdapat juga masyarakat yang menganut agama Protestan,Budha,Hindu,Konghucu dan katholik.
Kota Palembang termasuk kota yang memiliki kesenian atau kebudayaan yang unik seperti :
1.Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)
2.Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu, dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan
3.Lagu Daerah seperti Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut, dan Ribang Kemambang
4.Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar